DESAIN OLEH BIDANG 2 HIMIESPA

Rabu, 25 Mei 2016

Fly Over Banjarmasin Manfaat atau Mubazir ?


Oleh :
Tim Analisis
Bidang Penalaran, Penelitian, dan Pengembangan Pendidikan

         Kemacetan, nampaknya topik ini merupakan masalah klasik yang diderita kota-kota besar. Begitu juga dengan Banjarmasin. Dengan alasan utama memecah kemacetan, pembangunan fly over atau jalan layang merupakan jawaban teratas pemerintah kota dari masalah itu. Proyek “gila” dengan semua kritikannya telah mewarnai 2 tahun masa pembangunan jalan layang Gatot Subroto.
        Proyek yang digadang-gadang pencair kemacetan ini disambut gembira oleh masyarakat. Wajah baru kota Banjarmasin sebagai kota besar semakin mentereng. Tapi apakah jawaban kemacetan dengan fly over benar-benar tepat? Ataukah hanya sebatas “hiasan kota” dan hiburan bagi pengendara motor di jalur tersebut?
        Fly over sepanjang 550 meter di kilometer 3,5 ini sendiri memakan anggaran kurang lebih 150 milyar rupiah. Dengan dana sebesar itu pembangunan tidak bisa dikatakan berjalan mulus. Proyek yang dimulai sejak November 2012 baru rampung pada November 2014, molor 1 bulan dari kontrak. Hal itu salah satunya disebabkan keterlambatan pemasangan pipa PDAM Banjarmasin di kawasan fly over.
        Dari rentang masa 2 tahun pembangunan, para pedagang dan pelaku ekonomi yang sangat dirugikan. Mereka harus menelan pil pahit kenyataan pemerintah menghapuskan satu masalah juga melahirkan masalah lain. Banyak pedagang serta ruko-ruko menggulung tikar karena tidak memungkinkan usahanya tetap berjalan. Padahal melakukan kegiatan usaha disana dirasa menguntungkan, dipinggir jalan vital merupakan tempat yang strategis. Namun dengan adanya pembangunan fly over justru mengganggu mereka yang sudah terlebih dahulu “nyaman” dengan keadaan yang telah ada.
         Pembangunan fly over terlampau lama, 2 tahun. Berbeda jika dibandingkan di daerah jawa yang hanya berkisar 6 bulan. Selama 2 tahun itu pula kemacetan sungguh bukan main. Bagaimana bisa para pelaku ekonomi itu bisa tetap bertahan dengan keadaan macet parah. Alih-alih mengurangi kemacetan justru melahirkan kemacetan baru serta tergusurnya pelaku-pelaku ekonomi disekitar kawasan tersebut.
       Dari sekian banyak masalah fly over yang kian beranak pinak, pertanyaan terbesar setelah fly over rampung, mampukah fly over mengurai kemacetan? Apa jadinya jika proyek itu justru sebagai sarana kendaraan yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pertumbuhan 10 persen kendaraan bermotor setiap tahunnya di Banjarmasin merupakan masalah sesungguhnya. Jika yang dipecahkan hanya sebatas mengurangi kemacetan dan menciptakan “jalan baru” bagi kendaraan bermotor yang juga baru, hal itu hanya menimbul masalah-masalah baru. Konsumsi bahan bakar minyak meningkat, buangan mesin bermotor yang pada akhirnya meningkatkan panas kota Banjarmasin, akan segara nyata.
      Akan lebih baik pemerintah mencanangkan proyek atau kebijakan tentang kepemilikan kendaraan bermotor dengan lebih ketat. Batasan-batasan antara hak dan kewajiban bagi pengguna kendaraan bermotor di Banjarmasin demi terjaganya kota Banjarmasin. Pengadaan angkutan umum yg layak juga solusinya, juga dengan meningkatkan pajak kendaraan agar masyarakat beralih ke angkutan umum. Atau jika memang harus dibangun fly over, seharusnya diiringi dengan propaganda mengurangi jumlah kendaraan bermotor demi menghemat konsumsi bahan bakar fosil dan memberi “ruang bernafas” bagi kota Banjarmasin.
      Terlepas dari segala kerumitannya, penulis rasa fly over memang cukup mengurangi kemacetan. Pengguna jalan A. Yani tidak harus berpapasan dengan pengendara lain dari arah jalan Gatot Subroto atau jalan Pekapuran Raya, juga sebaliknya. Dibawah fly over juga ada lampu merah yang mengatur ritme lalu lintas sehingga tak saling serobot.
       Bagaimanapun pembangunan fly over tidak serta merta menghilangkan kemacetan, penyebab utama tidak lain karena meledaknya kendaraan pribadi. Jika ditelusuri meledaknya kendaraan pribadi juga karena rendahnya minat masyarakat terhadap angkutan umum. Lagi-lagi peran pemeritah sangat besar dikasus ini. Namun dari segala keruwetannya, fly over menghadirkan image atau wajah baru bagi Banjarmasin, kesan kota besar mulai dibangun dikota ini. 

0 komentar:

Posting Komentar